Pages

Sunday, August 31, 2014

Tiket Murah dan Perjalanan yang kaya

“Kak, pesawat.” kata adikku sambil berlari keluar rumah. aku yang saat itu sedang menyapu ikut menghamburkan diri keluar. Berdua kami mendongak ke atas melihat benda kecil yang bergerak menembus awan. Kami tidak mengalihkan mata kami hingga pesawat yang kami lihat dari jarak yang sangat jauh itu menghilang. Hati kami bersorak. Walau hanya sebesar jari jempol kecil kami, namun melihat pesawat dari kejauhan adalah hiburan bagi kami, anak desa yang jauh dari kota apalagi bandara. Terkadang kami melambaikan tangan kami keatas, berharap penumpang pesawat melihat dan tersenyum pada kami di bawah.
Melihat pesawat juga merupakan kebanggaan bagi kami antar teman, apalagi jika melihat jet yang terbang lebih cepat dan menyisakan asap di ekornya ketika melintas. Kami saling pamer kapan saja kami melihat pesawat. Belum seorang pun yang pernah melihat langsung pesawat dalam ukuran yang lebih besar dari jempol jari kami. Melihat pesawat akan selalu menjadi bagian cerita kami.
Bapak selalu mengatakan bahwa yang naik pesawat itu hanya orang-orang kota yang kaya. Aku sedikit kecewa, namun tidak mau menyalahkan nasibku yang terlahir sebagai anak desa. Tapi Bapak juga selalu meyakinkan kami bahwa kami bisa pindah ke kota dan naik pesawat jika belajar tekun. Kata yang membuat hatiku bergelora dan melahirkan harapan bahwa aku bisa naik pesawat yang selama ini hanya bisa aku lihat dari jarak yang jauh sekali. Aku membayangkan diriku sedang melambai ke bawah melihat teman-temanku yang juga melambai dan memanggil-manggil namaku.
Ketika kuliah akhirnya aku bisa memijakkan kaki di kota Medan. Aku lulus pada salah satu Universitas terbaik di kota ini. Bapak tidak salah. Pendidikan lah yang akhirnya membawaku ke kota. Aku senang sekali walau akhirnya banyak yang harus kusesuaikan. Mimpi untuk naik pesawat masih terus membara dalam benakku. Aku yakin jalan itu pasti ada.
Akhir April 2008, Media Kampus yang saat itu kuikuti menawarkan Kegiatan Magang di salah satu perusahaan Media di Jakarta. Aku ragu. Jakarta cukup jauh dan tidak ada kerabat yang akan kukunjungi. Namun aku juga membenci ketakutan yang ada dalam diriku. Kapan lagi aku akan pergi berkunjung ke kota lain dan yang paling penting adalah aku akan naik pesawat. ya, Aku akan naik pesawat. Sore itu, aku mendaftarkan diri menjadi salah satu peserta magang.
Kali ini halangan yang kuhadapai bukan dari diriku sendiri. Namun pada biaya yang sedikit memberatkan orangtuaku. Aku juga kasihan jika harus membebankan mereka. Biaya makan akan ditanggung oleh perusahaan tempat magang, perusahaan juga akan memberikan sedikit uang saku, namun tidak untuk transportasi. Ongkos naik bus pun cukup mahal, belum lagi biaya makan di jalan. Hampir saja keputusanku untuk berangkat ke Jakarta kubatalkan. Namun Tuhan berkehendak lain. Sarah, salah satu temanku mengabarkan jika Maskapai Airasia sedang promo tiket Medan-Jakarta.
Tiba-tiba aku sangat semangat. Sarah membuka laptopnya, mencari jaringan Wifi dan membuka situs Airasia. Dan.. 199 Ribu. Iya, tiket dari Medan ke Jakarta hanya sebesar itu. Aku langsung meminta tolong untuk memesan tiket untukku. Sarah membantuku mengisi data informasi. Namun kami memiliki kendala yang lain. kami tidak memiliki kartu kredit. Sedangkan sarana pembayaran di situs Airasia saat itu hanya melalui kartu kredit. Tiba-tiba aku ingat temanku Rini yang sehari-harinya berkenderaan mobil ke kampus. Aku menghubunginya dan menanyakan kartu kreditnya. Dia juga tidak punya namun menawarkan untuk meminjamkan punya kakaknya untukku. Pertolongan kembali datang, Kakak Rini memberi ijin dan percaya pada kami sehingga memberi data-data kartu kreditnya pada kami. Kini tiketku ada di email.
Orangtua dan adikku ikut mengantar ke Bandara Polonia ketika aku akan berangkat. Walaupun baru pertama kali namun aku harus pergi sendiri. Mamak berkali-kali mengingatkanku untuk banyak bertanya. Aku menyalami mereka satu per satu. 90 menit sebelum keberangkatan aku telah berada di counter check in. setelah membayar Airport tax, aku diarahkan menuju waiting room yang terlalu dingin untukku.
Aku menghela nafas bahagia. Pesawat dengan ukuran sebenarnya telah berada di depanku. Berkali-kali aku mengucap syukur. Aku tidak akan hanya melihat, namun juga akan menumpang hingga Jakarta. Ketika panggilan untuk penumpang Airasia rute Medan-Jakarta bergema, aku melangkah mengikuti puluhan orang yang berkerumun. Aku memberikan Boarding Pass pada penjaga wanita yang cantik dan langsing, wanita itu menunjukkan pesawat yang harus kunaiki. Betapa megahnya pesawat yang akan kunaiki, ditambah warna merah merona, Pesawat Airasia yang akan kunaiki itu terlihat gagah dan kuat.
Aku duduk tepat di samping jendela. Ketika mulai take off, tak henti-hentinya aku melihat keluar jendela. Aku menikmati kota Medan yang semakin lama semakin kecil, pemandangan awan yang mirip tumpukan salju. Terkadang aku penasaran apakah aku akan melewati kampungku, dan melihat anak-anak sedang melambai kearahku. Tidak ada. Aku pun tidak bisa membalas lambaian mereka. Aku tersenyum lebar dalam hati. Tidak seperti penumpang disampingku, dalam 2 jam perjalanan aku tetap terjaga menikmati penerbangan pertamaku.
Airasia telah memberikan kepercayaan diri untuk bermimpi lebih jauh. Harga tiket yang diberikan telah meyakinkanku bahwa pesawat bukan hanya untuk orang kota dan kaya. Airasia juga telah meyakinkanku bahwa aku tidak ingin sekedar naik pesawat, namun aku menikmati tempat baru, mencintai keasinganku, dan ingin melakukannya lagi. Jakarta adalah awal dari itu semua. Aku ingin menjadi pelancong.
                                                          Perjalanan ke Elnido, Filipina
Hal itulah yang membuatku sering sekali membuka situs airasia untuk mencari tiket murah. Ketika kuliah, aku menabung untuk bisa sampai di Padang dan Bandung. Aku rela untuk tidak membeli baju baru demi membeli tiket. Hal itu berlanjut ketika aku mulai bekerja di salah satu bank. Cuti-cutiku selalu kugunakan dengan maksimal. Di awal tahun, aku sibuk mencari tanggal merah sehingga bisa libur panjang. Semua waktu tersebut kugunakan untuk bepergian. Banda Aceh, Pulau Weh, Bali, Lombok, Yogyakarta, Kuala Lumpur, Penang, Singapura, Phuket, Krabi, dan Filipina telah kujelajahi. Sabtu Minggu terkadang kugunakan untuk menikmati wisata local di Medan seperti Berastagi, Danau Toba, dan juga Tangkahan.
Aku mencintai traveling. Hobi yang tak pernah kupikirkan sebelumnya. Aku tergila-gila pada kegiatan ini dan aku bersyukur telah menggunakan masa mudaku untuk bepergian. Banyak sekali pengetahuan baru yang kudapat, teman-teman baru, dan hal-hal unik di setiap daerah. Bagiku, traveling adalah sebuah kekayaan yang tidak bisa dihitung. Semakin sering bepergian, aku merasa semakin kaya walau sering sekali harus rajin mencari tiket super murah. Terima kasih Airasia.

1 comment:

Anonymous said...

cheapest viagra tablets
[url=http://viagrasy.com]viagra girl[/url]
how do you order viagra online http://viagrasy.com