Pages

Sunday, April 6, 2014

MENIKMATI SEJUTA PESONA BAHARI DI PULAU WEH

Pagi itu saya terbangun, buru-buru memakai sandal, dan dengan setengah berlari menuruni tangga menuju Pantai. Ini adalah hari pertama saya di Pulau Weh, dan tidak ingin melewatkan Sunrise di Pantai Sumur Tiga yang cukup terkenal dan menjadi salah satu to do list di Pulau ini. Tiba di pantai, kantuk saya benar-benar hilang dengan pemandangan yang saya temui. Laut biru yang tenang, pasir putih yang halus, garis pantai yang panjang yang dibarisi dengan pohon kelapa tinggi yang kelihatan berlenggak lenggok karena bengkok, dan ketika melihat kearah timur, matahari dengan malu-malu menyembul, memberikan cahaya lembut kemerahan yang membentuk siluet pada batu dan pohon kelapa yang menjorok ke pantai. Sempurna sekali.

Setelah puas menikmati Sunrise, saya dan teman-teman seperjalanan memutuskan untuk berenang. Padahal rencana awalnya kami hanya bersantai di Pantai ini. Jernihnya air laut membuat kami gila ingin memeluk. Segar sekali berenang pagi-pagi. Di dasar laut kaki kami juga berpijak pada pasir yang lembut, sama sekali tidak ada batu karang yang menyakitkan yang membuat kami ingin berlama-lama merendamkan tubuh.
Pulau Weh merupakan bagian dari Provinsi Aceh dengan luas hanya 156,3 KM2 dan merupakan pulau paling barat di Indonesia. Sabang merupakan kota terbesar di Pulau ini. Untuk mencapainya kita bisa naik pesawat atau Bis dari Medan menuju Banda Aceh, dari Banda Aceh kita akan menyebrang dengan speed boat atau Ferry yang berangkat 6 kali dalam sehari menuju Pelabuhan Balohan, Sabang.
Puas berenang, kami menyewa mobil van lengkap dengan supirnya dengan harga Rp. 300 Ribu per hari untuk melakukan tour di Pulau Weh. Pertama kali kami di bawa menuju Bunker Jepang atau sering disebut juga Benteng Anoi Hitam.  Sesuai namanya Bunker Jepang merupakan peninggalan Jepang ketika terjadi Perang Dunia II, Bunker tersebut tepat berada di atas tebing dengan pemandangan laut biru dan pantai, ditambah Bunker tersebut dikelilingi dengan hijaunya rumput gajah dan pohon pinus yang sangat memanjakan mata. Kita bisa bersantai dari atas bangunan Bunker sambil menikmati angin sepoi-sepoi dan Panorama yang sangat indah.

Dari Bunker Jepang, kami menuju Titik Nol Kilometer. Di sepanjang perjalanan akan kita temuin laut dan Hutan Tropis yang menyejukkan. Ditengah perjalanan, Pak Adi, supir mobil van memberhentikan kami di sebuah tebing dengan pemandangan Pulau Klah. Biru Laut dan titik-titik hijau Pulau Klah menambah takjub kami, langsung saja kami mengambil kamera dan mengabadikan pemandangan bagus tersebut.

Nol kilometer merupakan titik awal Indonesia di Bagian Barat. Di Nol Kilometer kita bisa menikmati sepenuhnya suasana Sunset yang penuh warna Jingga. Matahari dengan diameter penuh bisa kita temui di sini, tentunya dihiasi dengan birunya Laut Andaman. Jangan lupa untuk meminta Sertifikat tanda anda telah berkunjung ke Nol Kilometer, Sertifikat tersebut bisa anda dapatkat di Kantor Dinas Pariwisata Kota Sabang yang langsung ditandatangani oleh Walikota Sabang.

Setelah berkeliling, akhirnya kami menuju penginapan. Kali ini kami akan menginap di daerah Iboih. Kami memilih Iboih inn sebagai tempat istirahat kami di malam kedua. Iboih inn cukup terkenal karena memiliki dermaga sendiri.  Dan kami benar-benar tidak akan pernah menyesal untuk datang ke Iboih. Suasana laut yang tenang kehijauan dan jernih memamerkan keindahan ikan warna-warni yang dapat langsung kita lihat tanpa harus snorkeling. Dan saat Snorkeling, kita bisa melihat kumpulan karang batik yang dipenuhi ikan warna warni, disebut Karang Batik karena coraknya memang benar-benar mirip batik yang berwarna cokelat. Tepat berada di depan Iboih, Pulau Rubiah berdiri anggun menyempurnakan pemandangan laut yang berwarna biru kehijauan.


Pulau Rubiah dahulunya merupakan tempat pemberhentian Kapal Haji yang menuju dan dari Mekah. Di Pulau ini kami menikmati keindahan alam bawah laut yang mempesona. Berbagai jenis ikan kami saksikan ketika snorkeling. Pulau Rubiah juga merupakan spot diving di Pulau ini. Dari Iboih kami menyewa kapal menuju Pulau Rubiah dengan tarif Rp. 100 Ribu Pulang Pergi. Jangan lupa untuk membawa roti, karena ikan-ikan tersebut akan langsung mengerumuni anda tanpa rasa takut. Keindahan terumbu karangnya membuat kami lupa waktu. Kami benar-benar menikmati keindahan bawah laut Pulau Rubiah. Rasa Laparlah yang  berhasil memanggil kami kembali ke tepian.
Menurut saya, Pulau Weh tidak kalah keindahan pantai dan alam bawah lautnya dengan destinasi internasional seperti Phuket dan Bali,  hanya saja di Pulau Weh para turis tidak bebas untuk berbikini ria atau mengadakan atraksi-atraksi seperti di Thailand atau Bali karena adanya Hukum Syariah di Provinsi Aceh, hal tersebut membuat turis kerap sekali enggan untuk mendatangi pulau ini. Kalaupun ada, sangat jauh jumlahnya dibanding pengunjung 2 destinasi diatas. Namun sepertinya hukum tersebut berguna juga karena dapat menjaga ketenangan, kebersihan dan keindahan Pulau Weh dan tidak berpotensi menjadi Bali ke-2 yang padat. Warga Lokal juga cukup ramah, berpendidikan dan menghormati pengunjung.

Selain lokasi di atas, Pulau Weh juga memiliki destinasi lain seperti Pantai Kasih, Pantai Gapang, Pantai Paradiso, Air terjun Pria Laot, diving di gunung merapi bawah laut, dan lainnya. Pulau Weh juga terkenal sebagai spot diving kelas internasional karena keanekaragaman ekosistem bawah lautnya. Mulai dari taman terumbu karang yang warna-warni, penyu, ikan pari manta, hiu, Frog Fish, dan kuda laut dapat kita lihat di bawah laut Pulau Weh.

Oke karena permintaan Tika ayu Wulanda... ni ya saya tambahin itinerary berikut biayanya selama di Sabang.
  • Dari Bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh menuju Pelabuhan Ulee Lheu naik taksi selama 30 Menit dengan tarif Rp. 90 Ribu (tergantung keahlian tawar menawar :D)
  • Dari Pelabuhan Ulee Lheu menuju Pelabuhan Balohan naik boat atau ferry, jadwal dan harganya bisa dilihan disini 
  • Dari Pelabuhan Balohan bisa naik angkot berupa minivan/mobil L300 ke tujuan masing-masing. kalau mau ke daerah Iboih sekitar Rp. 50.000 per orang kalau mau ke Sumur Tiga sekitar Rp. 30-50 ribu per orang. kalau ramai bagusnya dicarter aja, biayanya sekitar Rp. 200-300 ribu (bisa hubungi Pak Adi, 081377100306)
  • Nah, kalau di sabang saya lebih suka menginap di Iboih inn. pemandangannya bagus banget.  tepat didepan Rubiah Island. Harga Kamar mulai dari Rp. 250-400 Ribu (Ibu Khalija, 0811841570). Kalau High Season, bagusnya dibooking jauh-jauh hari soalnya sering penuh. Jangan lupa untuk minta dijemput dari dermaga pantai iboih menuju hotel. kalau jalan kaki, lumayan bengkak juga :D.
  • Pernah juga menginap di Sabang Point Resort (dekat banget ama Hotel Casa Nemo Pantai Sumur Tiga), biaya kamar sekitar Rp. 500-1 Juta. klik disini untuk situsnya.
  • Untuk Transportasi kami carter L300 nya pak adi. orangnya pendiam tapi baik. Rp. 350 ribu per hari sempat jalan ke seluruh penjuru kota Sabang :D, mulai dari Pantai Anoi Hitam sampai Titil Nol Kilometer.
  • Biaya makan di Sabang sekitar Rp 15.000 per orang. tergantung kitanya sih. bisa juga lebih murah dengan lauk telor dan indomi untuk berdua :D
  • Sewa snorkeling set 45 ribu per hari, sewa boat dari Iboih menuju Rubiah Island Rp. 100 ribu. 
  • Kalau mau diving bisa ke Rubiah Tirta Diver yang terletak di Pantai Rubiah. biayanya sekitar Rp. 360 ribu utk pemula dan Rp. 250 ribu utk yang uda punya lisence. 
  • Souvenir khas sabang bisa dibeli di Toko Piyoh. desain dan kualitasnya bagus.
  • Jangan lupa untuk ambil sertifikat mengunjungi Kilometer Nol di Kantor Pariwisata Kota Sabang, bianya Rp. 15 ribu.

No comments: