Pages

Thursday, May 29, 2014

DREAM OF ENGLAND

Berastagi, 29 Januari 2011
Di Bawah sebuah Pohon Beringin yang rindang, aku duduk manis sambil menerawang ke depan. disampingku beberapa teman juga melakukan hal yang sama. Kami menikmati suasana padang rumput yang hijau dan lapang. Sesekali aku merapatkan tubuh untuk menahan hawa dingin.
“Eh, Bang Harry sekarang lagi di Jerman ya ?” tiba-tiba Devi memecah kesunyian.
“Kak Dina juga sekarang lagi di Belanda” tambah Dina, menyebut salah seorang senior kami di Organisasi Kampus yang sedang kami geluti sekarang.
“Enak kali mereka ya, “ kata Devi lagi dengan sangat “Medan”
“Tenang Wi. Nanti kita juga bisa ke London,” kataku dengan semangat.
Tiba-tiba semua tertawa. Milina yang juga merupakan senior kami bertanya dengan nada mengejek.
“Mau ke London iya, Zon ?” semua tertawa lagi tanpa terkecuali. Aku hanya tersenyum kecut. Yang lain juga ikut menyebut Kota tersebut untuk mengolok. Pohon beringin itu kini tidak hanya rindang, tetapi juga ramai.
Mereka menertawakan cara aku menyebut “London” bukan dengan “Landen” yang lebih inggris, melainkan  menyebut “Lo” dengan mulut sangat bulat dan huruf “D” yang sangat dalam dan jelas sehingga mengesankan London adalah nama salah satu daerah di Sumatera Utara. Aku hanya tersenyum malu. Bukankan mimpi kita kurang besar apabila belum ditertawakan ? Abaikan alasan tawa mereka.
***
Jakarta, 5 November 2014
Malam itu, ketika sebagian warga kota Jakarta mulai bermimpi, aku malah baru menginjakkan kaki di Bandara Soekarno Hatta. Setelah membayar dan  mengucapkan terima kasih pada supir taksi, Kutarik Luggage ku yang berukuran sedang menuju Check in Counter salah satu penerbangan terbaik di Dunia. Malam itu Bandara tidak terlalu ramai seperti biasanya. Setelah check in, membayar Airport Tax dan pemeriksaan dokumen di bagian Imigrasi, aku menuju Boarding Lounge. Menurut Jadwal di tiket, aku akan berangkat 2 jam lagi. Aku memang lebih suka menunggu agak lama daripada harus terburu-buru. Apalagi ini merupakan penerbangan terjauhku, penerbangan pertamaku dengan salah satu maskapai terbaik di dunia, dan untuk pertama kalinya akan menginjakkan kaki di Benua Eropa.
London Headthrow Apt, itulah yang akan menjadi tujuanku kali ini. Penerbangan dari Jakarta akan memakan waktu sekitar 15 jam dan transit di Singapura. Senyum lebar tersungging di bibirku. Aku telah membayangkan perjalananku di Negara Britania Raya tersebut. Persiapanku cukup matang. Itinerary telah kupersiapkan jauh-jauh hari, outfit musim gugur yang akan kukenakan selama 7 hari disana telah kurencanakan 2 minggu sebelum keberangkatan, berbagai informasi tentang liburan di Negara ini telah kubaca. Aku tidak ingin menyianyiakan perjalanan berharga ini. Ini adalah mimpi besarku. Dari SMA aku telah menginginkan hari ini, dan sering sekali terucap dalam doa.
Aku sama sekali tidak percaya bahwa aku akan melihat Landmark kota London, Menara Big Ben, menikmati apiknya desain Westminster Palace, menikmati pemandangan dari atas menara di Tower Bridge, berfoto bersama beberapa patung tokoh di Madame Tussauds London, berfoto di depan Buckingham Palace  dan Hampton Court Palace serta menikmati keindahan berbagai jenis Flora di Royal Botanic Garden. Dan yang pastinya aku akan berfoto mengikuti gaya The Beatles di Abbey Road. Pepatah yang mengatakan “perkataan adalah doa” tidak akan kupungkiri lagi. Ini adalah perkataanku tiga tahun yang lalu. Dan merupakan mimpiku sejak mengenal Pelajaran Bahasa Inggris di sekolah.
Aku tersenyum betapa bangganya orang tuaku ketika mengantarkan aku ke Bandara Polonia di Medan. Beberapa kali mereka mengingatkanku untuk membawa banyak baju hangat. Aku hanya tersenyum dan meyakinkan mereka bahwa di Negara Pangeran William tersebut sedang musim gugur dan tidak dingin. Suamiku juga ikut mengantarkan aku. Ah, betapa aku ingin pergi bersama dengan lelaki penggila bola ini. Menikmati suasana Stadion Liga Utama Inggris yang selama ini hanya dilihat di televisi. Tapi karena sedang sibuk, dia hanya memepersilahkanku untuk pergi dengan segudang nasehatnya. Aku berjanji bahwa aku akan membawa papan berisi namanya dan berfoto di setiap stadion yang aku kunjungi selama disana.
Kebahagiaan ini tidak sampai disitu saja, karena tiket, akomodasi, dan uang saku selama 7 hari di Negara Kerajaan Ratu Elizabeth tersebut disponsori oleh Mister Potato dan Smax, cemilan yang ikut memenuhi Cabin Baggageku. Aku berniat untuk berfoto dimana saja dengan membawa cemilan tersebut sebagai bentuk terima kasih yang sangat dalam karena mewujudkan impianku. Beberapa orang yang juga sedang menunggu di Boarding Lounge mulai heran melihat tingkahku yang selalu tersenyum senang. Tapi aku biarkan saja, mereka hanya tidak merasakan seperti yang kurasakan. Hatiku berdegup kencang. Perasaanku secerah Daun Maple di Musim Gugur.
Pengumuman untuk memasuki pesawat telah terdengar. Walau malam telah larut, tapi semangatku tidak luntur. Aku melenggang mantap diatas Garbarata menuju pesawat. Setelah dibantu oleh seorang pramugari untuk menyimpan barang, aku duduk di seat yang kebetulan disamping jendela. Aku kembali tersenyum lebar. Inggris adalah impian, dan sekarang aku akan menuju kesana. Setelah pilot memberi salam dan para pramugrasi telah melakukan demo keselamatan, pesawat bergerak pelan menuju pacuan take off. Kota Jakarta kini hanya terlihat seperti city light yang kecil dan berkilauan. Aku merilekskan badan dan menurunkan sandaran kursi. Walau tidak sabar untuk sampai, tapi rasa kantuk mampir juga.

Medan, 28 Maret 2014
Pagi ini aku terbangun dengan perasaan bahagia. Jarum pendek pada jam baru  saja menunjukkan angka Lima. Terima kasih pada kualitas tidur yang mampu membahagiakan kita ketika bangun. Aku menyingkirkan selimut dan mengucek-ngucek mata, melihat sekeliling dan menemukan diriku berada di kamar ukuran 4 X 4 dengan suhu AC yang terlalu dingin di waktu subuh. Laptop, Mister Potato dan Smax masih tergeletak di meja, proyek tadi malam.
Ya, Paragraf pertama diatas adalah kenyataan dan benar-benar terjadi. Silahkan tersenyum tapi jangan menertawakan lagi. 5 paragraf selanjutnya adalah sebuah harapan yang bersandar pada Mister Potato dan Smax yang bisa memberikanku kesempatan untuk  mewujudkannya. Itu bukan hayalan karena bisa saja terjadi. Aku pasti akan menulis segala pengalaman, keindahan, dan suasana ketika berada di Negara dengan jumlah jajahan terbanyak ini dan membaginya ke semua penghuni dunia maya. Mister Potato dan Smax, tolong beri kesempatan pada wanita yang telah lama berharap ini.

Dear Mister Potato and Smax, Give me the chance
Mister Potato and England, my dream
Belum sempat difoto, udah dibuka dan habis

No comments: